Tanggal 24 November 2011, UPT Puskesmas Kopo mendapat kunjungan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang. Rombongan sebanyak 40 orang, terdiri dari Kepala Bidang, Kepala Seksi dan para Kepala Puskesmas se-Kota Semarang yang didampingi oleh Bapak Sekretaris Dinkes Kota Semarang
Para peserta study banding sedang menyimak penjelasan Kepala UPT Puskesmas Kopo mengenai profile dan seluruh kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas
Bapak Bambang Darmanto, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Semarang memberikan sambutan dan memperkenalkan seluruh rumbongan
Alhamdulillah akhirnya hasil keputusan Tim Pembina Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat menetapkan Puskesmas tempat saya mengabdi, yaitu UPT Puskesmas Kopo menjadi juara I Puskesmas dengan Kinerja Terbaik Tahun 2011 untuk kategori Kota. Ada sesuatu yang ingin saya share di sini, sesuatu dibalik persiapan penilaian tersebut yang insyaAllah sangat bermanfaat untuk rekan-rekan, terutama para pemimpin, manajer, leader atau siapapun anda yang bekerja di bidang apapun.
Tentu saja........., jika saya menuliskannya dan menyampaikannya kepada anda itu karena hal ini istimewa....setidaknya buat saya he3... Kejadian ini yg membuat saya sangat berterima kasih kepada pikiran bawah sadar saya yang membuat saya belajar sesuatu, seperti tagline yg sering saya sampaikan kepada anda “kita bisa belajar apapun dari segala sesuatu”....bukankah ayat pertama yg diturunkan oleh Allah adalah perintah agar manusia “membaca” ? tentu saja membaca tidak hanya dengan mata tetapi juga dengan ‘mata hati’ kita.
Ceritanya begini......dua bulan yg lalu, Puskesmas tempat saya mengabdi terpilih untuk maju mewakili Kota Bandung pada Penilaian Kinerja Puskesmas berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat. Anda tentu tahu untuk penilaian seperti itu diperlukan banyak persiapan, mulai dari mengumpulkan dokumen-dokumen & catatan, alat-alat yg sesuai standarisasi sampai menyiapkan staf untuk merefresh pengetahuan & skill mereka mengenai program Puskesmas sesuai tupoksi mereka. Singkat cerita, berhari-hari kami pulang over time karena setiap hari harus mempersiapkan semuanya selain kegiatan rutin harian kami yg sangat padat.
Mendekati waktu penilaian (saat sedang melakukan persiapan tsb), saya mendapat undangan dari Pak Camat untuk hadir pada acara kunjungan dari Pak Sekda kota Bandung yang akan meninjau pelaksanaan PNPM di salah satu kelurahan pada kecamatan yg menjadi wilayah kerja saya. Karena berbagai kegiatan di masyarakat ada kaitannya dengan masalah kesehatan dan hubungan lintas sektor yang cukup baik, tentu saja saya ingin hadir pada acara tersebut sebagai bentuk dukungan Puskesmas terhadap pembangunan di wilayah kerja.
Acara peninjauan hasil PNPM dibuka dengan acara sambutan termasuk diantaranya ada acara hiburan yg telah disiapkan oleh panitia. Pada panggung hiburan berbagai elemen masyarakat mempertunjukkan kebolehannya termasuk di antaranya adalah murid-murid PAUD (Pendidikan anak Usia Dini) . Ketika tiba giliran mereka, murid-murid PAUD ini naik ke panggung dengan sangat percaya diri. Mereka kemudian berbaris di panggung mengikuti aba-aba guru mereka. Ada 3 pasang anak, dimana anak lelakinya memakai kaos putih, celana panjang dan kain sarung di bahunya, sedangkan anak perempuan memakai kebaya warna-warni dan cantik-cantik. Saya yakin mereka berdandan pagi2 sekali pada hari itu, bahkan bisa jadi semalam sebelumnya mereka sulit tidur karena deg-degan menunggu waktu untuk tampil di panggung tsb.
Setelah sekian menit mereka berdiri di panggung, mereka belum bisa memulai tariannya karena panitia yang mengurus sound system nampak mengalami sedikit kesulitan akibat adanya gangguan teknis pada kaset yang berisi musik untuk pengiring tarian itu. Waktu terus berjalan dan guru PAUD nampak mulai gugup & panik, karena kasetnya tak kunjung bisa diputar.Beliau berulang kali minta maaf & mohon izin kepada panitia, semua hadirin & terutama kepada pak Sekda untuk bersedia menunggu sejenak, mengingat anak-anak ini sudah berhari-hari berlatih. Anak-anak PAUD pun nampak gugup, karena dari tadi hanya berdiri mematung di atas panggung tanpa mengerti apa yg sedang terjadi di belakang panggung. Kemudian untuk mengisi waktu, sambil kaset dicoba diperbaiki, sang guru pun berinisiatif mengajak anak-anak untuk menyanyikan lagu mars PAUD mereka, anak-anak pun menyanyi sambil nampak makin bingung karena selama latihan tidak ada cerita harus menyanyi.
Selesai menyanyi gangguan teknis tadi tetap belum bisa diatasi, tetapi dikarenakan acara harus tetap berlanjut, maka anak-anak pun diminta turun dari panggung oleh gurunya dan pengisi acara berikutnya sudah bersiap2 di pinggir panggung. Tentu bisa anda bayangkan, betapa kecewanya sang guru, dan betapa bingungnya anak-anak ini. Ekspresi polos mereka tidak bisa menyembunyikan keheranan mereka mengapa mereka batal tampil menari, mereka hanya saling berpandangan tetapi tetap turun panggung menuruti perintah gurunya.
Ada rasa sedih yang menyelinap di hati saya, membayangkan bagaimana mereka sekian lama berlatih untuk acara ini, bagaimana berhari-hari gurunya bersabar melatih gerakan demi gerakan mereka, bagaimana mereka sulit tidur menunggu saatnya tampil, bagaimana mereka bersemangat bangun pagi pada hari itu untuk berdandan dan bagaimana orang tuanya repot mengurusi baju dan segala keperluan mereka. Pertanyaannya, jika kasetnya bermasalah siapa yang sebenarnya paling bertanggungjawab?Siapa yang harus disalahkan?Gurunya?Operator sound systemnya?Kasetnya? Atau alat pemutarnya?....siapapun yang bertanggungjawab atas masalah tsb, para penari itu tentu tidak tahu (mungkin tidak mau tahu) tentang apa yg terjadi, yang mereka tahu tugas mereka saat itu adalah menari, hanya menari dengan sebaik-baiknya.., mempertunjukkan penampilan yang telah mereka pelajari dan tentunya mereka telah berlatih keras untuk hal itu.
Ketika merasakan kesedihan tersebut, saya tiba-tiba tersentak....kaget... Pikiran bawah sadar saya menyadarkan saya mengenai sesuatu.Saya pun langsung ambil handphone saya dan menghubungi Puskesmas, saya minta digelar rapat mendadak siang itu juga dimana yang harus hadir adalah beberapa orang dokter dan semua petugas Tata Usaha.
Anda tentu penasaran..., apa yang membuat saya tiba-tiba ingin rapat hanya karena melihat anak-anak PAUD itu....daripada penasaran terus sebaiknya anda lanjutkan membaca ke part 2 cerita ini ya...
JANGAN BIARKAN PARA PENARI TURUN PANGGUNG TANPA MENARI (THE UNTOLD STORY) PART 2
Ok...kita lanjutkan cerita tentang penari tadi....
Saat melakukan persiapan untuk Penilaian Kinerja Puskesmas tingkat Provinsi Jawa Barat tsb...selama berminggu-mingu, setiap hari, setiap jam saya menghabiskan waktu dengan menyiapkan para pemegang program dan tenaga fungsional di Puskesmas. Mulai dari mengecek persiapan dokumen yang berhubungan dengan input – proses – output, mengevaluasi visualisasi data & analisa grafik, mengevaluasi pemahaman mereka mengenai cara penghitungan SPM (Standar Pelayanan Minimal) Puskesmas, mengevaluasi pengetahuan staf mengenai teknis program, membagi teman sejawat dokter menjadi tim-tim kecil yang membantu pemegang program menyiapkan arsip-arsip dan hal-hal teknis lainnya sampai menyiapkan materi profile Puskesmas yang akan saya presentasikan. Saya baru menyadari bahwa saya melupakan sesuatu yang nampak sepele tetapi tidak kalah pentingnya dengan apa yang saya siapkan selama ini.
Siang setelah acara itu saya kembali lagi ke Puskesmas, memimpin rapat yang hanya dihadiri 9 orang staf, yaitu beberapa orang dokter dan seluruh petugas tata usaha yg ada di Puskesmas, rapat itu tidak lebih dari 40 menit tetapi yg dibicarakan adalah hal-hal yang kecil yang selama ini tak terpikirkan oleh saya karena konsentrasi saya terlalu terfokus pada hal-hal besar. Tahukah anda apa yg dibicarakan pada rapat tersebut? Saya hanya membagi siapa yang akan bertugas mengatur & merapikan letak pot bunga di halaman, siapa yang akan memperbaiki sebaran kerikil yang tidak rapih di pinggir-pinggir taman, siapa yang akan mengecek apakah ada kalender tahun2 lama yang masih terpasang karena lupa diganti, siapa yg akan mengganti poster-poster di dinding yang sudah tidak up to date, siapa yg akan mengecek apakah lampu atau kran air wastafel berfungsi dengan baik, siapa yg akan bertugas mengawasi cleaning service membersihkan jendela & mencuci tutup tempat sampah yang kotor oleh debu. Itu saja...hanya itu saja. Sepanjang yang saya tahu, saat kita tidak menjelaskan secara rinci siapa bertugas apa, maka mereka akan saling mengandalkan untuk melakukan suatu suatu pekerjaan atau sebaliknya, tidak akan mengerjakan pekerjaan tsb karena merasa itu bukan job descriptionnya...jadi harus dideskripsikan dengan sangat jelas.
Bayangkan jika dokumen/arsip-arsip mengenai program & pelayanan yang kami miliki sangat lengkap...., lalu dokter, paramedis & tenaga fungsional dapat menunjukkan performancenya dengan sangat baik..., apakah kami bisa menang jika di dinding masih ada kalender tahun 2009 misalnya, ada poster yg robek di dinding, atau letak pot bunga & keadaan halaman yang semrawut, tak sedap dipandang mata? Jika itu yang terjadi, apa bedanya kami dengan para penari yg sudah sangat cantik dan siap menari tetapi kasetnya rusak tidak bisa diputar? Bukankah kita seringkali tersedak oleh duri ikan dan bukan oleh tulang kaki sapi?Sering kali sesuatu terjadi tak sesuai harapan bukan karena hal-hal besar, tetapi karena hal-hal sepele yg sering kita abaikan.Jika saya sibuk menyiapkan tenaga-tenaga yg berhubungan langsung dengan program kesehatan, tapi saya mengabaikan peran para tenaga tata usaha & administrasi yg seolah lebih banyak berkiprah di belakang layar padahal peran mereka juga sangat besar, itu artinya saya sedang menyiapkan diri untuk tersedak duri ikan.
Pernahkah anda nonton acara behind scene acaraOpera Van Java yg dilakukan outdoor? Di TV kita melihat penampilan Sule & Parto cs begitu maksimal membuat penonton tertawa.Pernahkah anda menghitung berapa artis yang tampil pada acara tersebut?Tentu saja dengan sangat mudah anda dapat menghitungnya.Tapi..., pernahkah anda menghitung berapa banyak crew di balik layar yg terlibat untuk membuat sebuah pagelaran seperti itu? Mulai dari sutradara, make up artist, pembuat property (yg ujung-ujungnya sering dihancurkan itu), penata panggung, penata busana, yang ngurusin konsumsi, supir, tukang parkir dll. Tentu anda lebih sulit menghitungnya, karena jumlahnya luar biasa banyaknya.Artinya untuk bisa menghasilkan penampilan yg fantastis kita tidak bisa hanya mengurusi artisnya saja, tetapi juga harus memikirkan & membagi tugas masing-masing crew secara detail agar para artis itu dapat menampilkan performance terbaiknya sesuai tujuan acara itu sendiri yaitu memberikan hiburan.
Untuk bisa mempersembahkan sesuatu menjadi yang terbaik tidak cukup jika hanya mengurus hal-hal yg superficial saja, kinerja orang-orang di belakang layar pun sangat besar perannya.Jika kita hanya fokus kepada penarinya saja, tetapi kita tidak memperhatikan hal-hal atau orang-orang yg juga bertanggungjawab untuk memastikan penari itu bisa menari dengan baik, maka sia-sialah upaya kita sebagai designer/sutradaranya.
Kembali ke anak-anak PAUD tadi..... akhirnya sang guru bisa memperbaiki kaset tadi sehingga pada akhir acara hiburan mereka kembali naik ke panggung & bisa menampilkan tariannya sesuai rencana semula. Semua penonton termasuk pak Sekda sangat menikmati penampilan mereka. Cerita mereka happy ending...seperti halnya persiapan kami pun yang alhamdulillah ya ..happy ending :) karena para staf saya yang telah mendapat pembagian tugas ‘di belakang layar’ setelah rapat mendadak itu pun mampu menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Dan ketika kami kemudian mendapatkan predikat Puskesmas dengan Penilaian Kinerja Terbaik Tahun 2011 kategori Kota Tingkat Provinsi Jawa Barat, sempat terpikir oleh saya, jika mengingat kejadian tadi siapa yang turut berjasa atas pencapaian ini dengan mengaktifkan pikiran bawah sadar saya pada saat injury time ? anak-anak PAUD? Gurunya?Kasetnya?Alat pemutarnya? Petugas sound systemnya? Aahhh.... siapapun itu...., yang penting saya dan anda tentunya belajar sesuatu dari kejadian ini, karena seperti yang sering saya bilang: “Kita bisa belajar apapun dari segala sesuatu”.
Yang jelas, pikiran sadar saya melihat anak-anak PAUD yang tidak bisa menari karena ada gangguan teknis pada kasetnya, sedangkan pikiran bawah sadar saya menangkap bahwa ada sesuatu yang nyaris meleset pada persiapan Penilaian Kinerja Puskesmas tersebut.
Minggu pagi, tgl 30 September 2011 saya membaca koran Pikiran Rakyat tentang Festival Ujung Berung, di sana disebutkan bahwa Rampak kendang yg dipertunjukkan oleh anak-anak pada acara tersebut sempat terhenti karena kasetnya rusak, sempat diperbaiki dan pertunjukkan pun diulang tetapi pada pertengahan kembali rusak, hingga akhirnya pertunjukkan dilanjutkan tanpa kaset hanya diiringi kendang. Tidak hanya anak-anak dan panitia, tetapi para penonton juga kecewa dengan kejadian ini.
Anda mungkin berpikir, toh itu lumrah terjadi di mana saja, kapan saja.....orang sering menyebutnya dengan istilah “gangguan teknis”. Tetapi saya sangat berharap setelah membaca tulisan saya ini, anda setuju bahwa : JANGAN BIARKAN PARA PENARI TURUN PANGGUNG TANPA MENARI !